INFO62.NEWS – Duka mendalam masih menyelimuti keluarga Nazwa (19), yang diduga menjadi korban malpraktik di RSIA Kasih Fatimah. Keluarga korban menolak pernyataan dari Ketua Yayasan Kasih Fatimah, Siti Masita Korompot, SH., MH., yang dianggap bertentangan dengan fakta sebenarnya.
Mereka merasa ada banyak kejanggalan dalam proses penanganan medis yang dilakukan terhadap Nazwa, yang akhirnya berujung pada kematiannya.
Perjalanan Tragis: Dari Pasien BPJS ke Umum, Dokter Tiba-tiba Ada
Ayah korban, Ebit, mengungkapkan bahwa awalnya Nazwa dirujuk ke RSIA Kasih Fatimah sebagai pasien BPJS. Namun, saat keluarga meminta tindakan operasi, pihak rumah sakit beralasan bahwa tidak ada dokter yang tersedia.
“Saya merontak karena anak saya sudah sangat kesakitan, tapi mereka bilang dokter tidak ada. Namun, saat saya menyatakan akan mendaftarkan anak saya sebagai pasien umum dan langsung membayar penuh secara tunai, tiba-tiba dokter sudah ada dan siap melakukan operasi,” ungkap Ebit dengan penuh kekecewaan.
Kejanggalan semakin terasa ketika proses operasi berlangsung sangat cepat. Menurut ibu korban, Risnawati, setelah Nazwa dimasukkan ke ruang operasi, hanya dalam hitungan menit terdengar suara bayi menangis.
“Begitu saya keluar dari ruang administrasi setelah memesan kamar VIP, tiba-tiba sudah terdengar suara tangisan bayi. Perawat keluar dan bilang bahwa bayi sudah lahir dengan normal. Saya kaget, antara senang dan bingung, kenapa bisa secepat itu?” ujar Risnawati.
Operasi Tanpa Persetujuan Keluarga
Selain proses persalinan yang dinilai tidak wajar, keluarga juga mempertanyakan pengangkatan kista yang dilakukan tanpa sepengetahuan mereka.
“Mereka bilang anak saya punya kista, lalu perawat keluar dan memperlihatkan kista yang sudah diangkat. Kami sangat kaget karena tidak pernah diberitahu atau dimintai persetujuan untuk operasi tersebut. Yang kami tanda tangani hanya surat perpindahan status pasien dari BPJS ke umum,” tegas Risnawati dengan suara bergetar.
Dugaan Malpraktik: Infeksi Parah dan Hilangnya Ovarium
Pasca operasi di RSIA Kasih Fatimah, kondisi Nazwa justru semakin memburuk. Ia mengalami pembengkakan di bagian belakang pinggul atas dan akhirnya dirujuk ke RSUD Kotamobagu. Setelah menjalani perawatan dan transfusi darah selama seminggu, ia sempat membaik dan dipulangkan.
Namun, beberapa hari kemudian, keluhan sakit kembali muncul hingga akhirnya Nazwa dibawa ke RS Monompia dan dirujuk ke RS Siloam Manado akibat infeksi yang semakin parah.
Di RS Siloam, dokter menemukan bahwa rongga perut hingga bagian belakang Nazwa sudah dipenuhi nanah, sehingga operasi kembali dilakukan. Namun, kejutan terbesar datang ketika keluarga dipanggil oleh tim dokter yang menangani Nazwa.
“Kami dipanggil ke lantai dua Hotel Arya Duta, di sana ada enam dokter yang sudah menunggu. Mereka menyampaikan bahwa saat operasi, mereka menemukan ovarium kanan anak kami sudah tidak ada,” ujar Risnawati dengan nada penuh kesedihan.
Akhir Tragis: Nazwa Meninggal Setelah Berjuang Melawan Infeksi
Setelah berjuang melawan infeksi yang semakin parah, Nazwa akhirnya menghembuskan napas terakhirnya pada 3 Februari 2025 di RS Siloam Manado.
Kehilangan ini menjadi pukulan berat bagi keluarga, terutama karena banyaknya kejanggalan dalam proses medis yang dijalani almarhumah.
Keluarga kini menuntut keadilan dan meminta pertanggungjawaban dari pihak RSIA Kasih Fatimah atas dugaan malpraktik yang merenggut nyawa Nazwa. Mereka berharap kasus ini dapat diusut secara transparan agar tidak ada lagi korban yang mengalami hal serupa di masa depan, dan saat ini keluarga korban berencana mengambil langkah hukum untuk mendapatkan keadilan.